Pemerintah Sediakan Obat TB Gratis!

Suatu hari saat pulang kampung, amih (sebutan saya untuk ibu) berkata, "Neng (panggilan amih dan bapa untuk saya), si H meninggal..."
"Ha! Si H temen SD-ku? Yang rumahnya di samping kita?" Tanya saya dengan terkejut.
"Iya..kena Tuberculosis (Selanjutnya disingkat TBC/TB) paru.."
"Innalillahi..."
Saya hanya bisa terhenyak. Betapa tidak, usianya masih muda saat itu. Baru menikah beberapa bulan kalau tidak salah.

Di kesempatan lain, beberapa tahun lalu saya mendengar kabar bahwa teman semasa kuliah berinisial SS juga terkena TB/TBC. Dia sudah berobat dan mudah-mudahan sekarang sehat wal'afiat.

Dan sekarang, saya. Ya, saya! Saya seakan tidak percaya saat dokter mengatakan benjolan di leher saya saat itu adalah TB kelenjar getah bening. Seperti sebagian besar orang lainnya, saya mengira TBC hanya menyerang paru-paru. Memang sebagian besar iya, tapi ternyata TB juga menyerang organ lain seperti kelenjar getah bening, tulang, kulit, dan yang lainnya. Menurut dokter yang menangani saya, TB kelenjar tidak menular. Tapi tetap harus diobati.

Pengobatan TBC

Indonesia merupakan peringkat ke-4 terbanyak untuk penderita TB setelah China, India dan Afrika Selatan. Walau telah diperoleh kemajuan dan keberhasilan yang signifikan dalam program pengendalian TB, tetapi setiap tahun selalu ada sekitar 450.000 kasus baru dan angka kematian akibat TB sekitar 64.000/tahun atau 175 orang/hari.

Oleh karena itu, pemerintah mengadopsi strategi DOTS (directly observed treatment short-course) untuk penanggulangan TB. Untuk mendukung penerapan strategi DOTS, disediakan secara GRATIS paket OAT (Obat Anti TB) bagi penderita dewasa dan anak dari Dana APBN. Hal ini sesuai dengan SK Menkes nomor 1190/Menkes/SK/2004. Alhamdulillah, sangat membantu masyarakat terutama kalangan kurang mampu.

(Ilustrasi dari sini)

Jika gejala TB muncul yaitu berupa batuk berkepanjangan, demam, nyeri di dada, dan berat badan menurun, segera periksakan ke unit pelayanan kesehatan terdekat misalnya puskesmas. Biasanya pasien akan menjalani beberapa tes, diantaranya tes darah, USG, pemeriksaan dahak, dan sebagainya. Jika puskesmas tidak memiliki fasilitas laboratorium sendiri, bahan yang akan diuji dikirim ke unit kesehatan lain untuk dibaca hasilnya.

Setelah mendapat hasil laboratorium, puskesmas akan menentukan rencana pengobatan. Obat TB yang diberikan ke pasien, sebagian besar dalam bentuk tablet kombinasi atau paket fix dose combination (FDC) yang berisi kombinasi obat INH, Rimfapisin, Pirazinamid, Entambutol. Jangka waktu pengobatan adalah selama 6 (enam) bulan. Pasien tidak boleh lupa mengkonsumsinya setiap hari.

Pengawasan menelan obat biasanya dilakukan oleh anggota keluarga penderita TB setelah menerima obat yang diberikan setiap minggu. Jika seorang pasien TB tidak datang sesuai jadwal berobatnya, maka akan dilakukan kunjungan langsung ke rumah pasien tersebut.

Dengan kerjasama pemberdayaan masyarakat dan pasien TB serta komitmen pemerintah pusat dan daerah, 800 ribu orang berhasil diselamatkan dari kematian dan 2,1 juta pasien TB disembuhkan. Alhamdulillah.

Nah, pemerintah saja semangat untuk kesehatan penderita TB. Untuk penderita TB, yuk semangat sembuh juga! Kan ada Obat Anti TB gratis dari pemerintah yang bisa didapatkan di puskesmas atau rumah sakit pemerintah. Supaya tidak ada si H, si SS atau si saya lagi yang menderita TB. Semangat Sehat! :)

Tulisan ini dikutsertakan dalam Blog Competition Temukan dan Sembuhkan Penderita TB, serial 2 dengan tema Obat TB Gratis.

Sumber referensi: tbindonesia.or.id

">



Comments

Popular posts from this blog

6 Perbedaan Belanja Online dan Toko Konvensional

Cara Mudah Mendapatkan Kuota Internet Gratis

Semakin Bersyukur di Usia Cantik