Satu Buku Sejuta Kenangan
Saya menatap kamar ini. Kamar semasa saya gadis. Ukuran kamar masih sama. Ranjang, lemari dan kaca rias terlihat baru. Perabotan kamar yang lama saya boyong ke rumah di Bintaro. Sudah jadi semacam kebiasaan orangtua di kampung saya untuk menghadiahkan anak perempuannya yang baru menikah dengan seperangkat perabotan kamar seperti ranjang, lemari dan kaca rias. Yang tak berubah tentu saja rak buku kecil dengan foto diri saya semasa kecil. Rak itu isinya buku-buku saya semasa gadis yang sebagian sudah disumbangkan ke sebuah perpustakaan sekolah. Harga sebuah buku memang murah. Tapi, entah kenapa awalnya saya selalu merasa berat jika hendak memberikan buku saya yang sudah tak terpakai. Bagi saya, sebuah buku berarti sejuta kenangan di baliknya. Majalah-majalah Annida dan Ummi bekas yang pernah saya sumbangkan juga punya kenangan. Di baliknya, ada cerita suka dan duka saat saya bekerja di perusahaan yang menerbitkan majalah tersebut. Selepas kuliah, saya pulang lagi ke rumah orangtua.