Mulai Dari Diri Sendiri Menyemai Cinta di Dalam Rumah
Kurang lebih delapan tahun yang lalu,
Aku buka sebuah file yang dikirimkan teman. Biodata seorang ikhwan (lagi)! Ya, semasa kuliah aku beraktifitas di organisasi muslim, jadi kata ikhwan adalah panggilan umum untuk seorang lelaki muslim. Kubilang, lagi, Karena untuk kesekian kalinya aku bertaaruf (saling mengenal) dengan seorang ikhwan sebelum Menuju pernikahan. Banyak Hal sehingga aku harus melalui sekian Kali taaruf: tak disetujui orangtua, tak segera mendapat jawaban pasti, dan sebagainya.
Aku sempat memikirkan lama biodata ini sementara jawaban harus segera diberikan. Entah kenapa, ini bukan terjadi padaku saja, mungkin pada laki-laki dan perempuan lain nya, jika sedang taaruf ada saja ujiannya. Tiba-tiba ada calon lain yang lebih menjanjikan lah, dan sebagainya. Kebetulan waktu itu aku sedang dalam masa akhir pendidikan sarjanaku, jadi fokus pikiranku pun terbagi.
Aku merenung dan memohon petunjuk-Nya melalui istikharah. Aku membaca lagi biodata itu. Tak ada alasan untuk menolaknya. Agamanya baik, keluarganya baik, dan...ternyata aku pernah bertemu dengannya! Ya, dia ternyata satu angkatan denganku di tempat kuliah lama namun berbeda jurusan dan dulu di organisasi yang sama. Kini dia bekerja di jakarta sementara aku meneruskan kuliah.
Bukankah itu akan menjadikannya lebih mudah? Bukankah ini Jalan Allah untuk mempertemukan kami? Akhirnya..bismillah..aku menerima pinangannya.
***
Ketika Leyla Hana memberitahukan di Komunitas Be A Writer bahwa ia Akan membuat giveaway, aku sih asyik-asyik saja. Yeay...giveaway.itu berarti kesempatanku untuk menulis. Tepatnya, berlatih menulis. Menulis (di blog) bagiku bukan saja kesenangan batin, tapi juga pengalihan dari rutinitas yang kadang membosankan, hiburan di kala sedih, (mungkin) eksistensi diri, menambah saudara, dan berbagi Hikmah (jika memang ada hikmah yang bisa diambil dari tulisan amatirku). Jika suatu saat akan menguntungkan secara ekonomi, aku sangat bersyukur.
Tapi tiba-tiba aku bingung mau menulis apa. Rasanya, aku tidak punya contoh yang baik dalam 'perjanjian yang kuat'. Aku masih suka cemberut jika ada sikapnya yang tak berkenan. Aku masih suka tersinggung dengan caranya menegurku. Aku masih suka ngambek jika ia tak juga mengerti mauku.
Aku seringkali menyimpan gundahku sendiri, merasa tak didengar, merasa kesepian, merasa ini itu. Dan....BOOM!! Seringkali terjadi bom waktu yang meruntuhkan pertahanan masing-masing. Pada satu titik aku bingung apa yang harus dilakukan. Aku pasrah. Apapun yang akan terjadi di hari depan, terjadilah. Lalu, aku melihat wajah dua malaikat kecilku. Anak adalah cermin dari orangtuanya. Tak inginkah aku melihat rupanya yang menawan di cermin itu? Ya, tentu saja aku ingin. Aku ingin Mereka mendapat masa kecil yang menyenangkan untuk diingat. Bukan mengingat betapa tak menyenangkannya saat Suasana rumah 'memanas' karena perbedaan pendapat orangtua.
Saat aku merasa di titik terrendah, saat itulah aku berusaha introspeksi. Aku bertanya-tanya, apa salahku, apa kurangku hingga ujian ini kudapat. Aku mencari jawaban. Sebesar apapun upaya orang lain untuk membantu, sebenarnya hanya aku yang tahu jawabannya dan tahu apa yang harus kulakukan.
Aku teringat, pada awal aku membangun mahligai dengannya, ia memberikanku sebuah buku berjudul 'Membangun Kemesraan dalam Rumah' karya DR. Akram Ridha. Kuharap ia juga Sudah membacanya. Didalamnya, disebutkan ada sepuluh pintu untuk membangun kemesraan di rumah, antara lain:
Pintu pertama: cinta, kerinduan dan kelembutan
Pintu kedua: tercapainya kepuasan seksual
Pintu ketiga: dialog dan saling terbuka
Pintu keempat: mencuri perhatian suami
Pintu Kelima: bersama di saat senang dan susah
Pintu Keenam: ikhlas dan terbuka
Pintu ke tujuh: cara mencukupi nafkah
Pintu kedelapan: saling membantu pekerjaan
Pintu kesembilan: perhatian terhadap keluarga
Pintu ke sepuluh: memberi penghormatan dan penghargaan
(Ilustrasi dari clipartguide.com)
Aku terhenyak. Mungkin aku hanya baru mengetuk pintu-pintu itu, belum benar-benar masuk ke dalamnya. Usia hampir tujuh tahun pernikahan, dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.
Adanya proyek-proyek religius di media sosial seperti ODOJ (one Day One Juz) dan 1Hari1Ayat, mengingatkanku bahwa aku harus lebih mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Selama ini mungkin pertahanan mentalku kurang kuat sehingga Mudah rapuh saat diuji. Dia Maha Kuat, seharusnya pada Dia lah aku memohon kekuatan. Bukannya menyalahkan orang lain. Tapi, membekali diri dengan amunisi sabar dan iman yang banyak. Insya Allah, aura positif dari diri sendiri akan menular pada seisi rumah. Seperti kata Aa Gym dengan 3M nya: Mulai dari diri sendiri, Mulai dari sekarang, Mulai dari yang terkecil.
Aku masih berusaha, menyemai cinta di rumah. Sejujurnya, melihatnya tenang bekerja, baik pada anak, tercukupi kebutuhannya, sangat menenangkan. Lelah fisik dan mental itu sebuah resiko dan beharap saja Allah SWT menggantinya dengan kebahagiaan Dunia akhirat. Bukkankah dalam Al Quran Allah SWT mengatakan bahwa tugas manusia itu hanya beribadah? (QS Adz zariyat: 56). Dan, ini bagian dari ibadahku. (Lagi-lagi) kata AaGym, biar lah lelah di dunia asal bisa istirahat di surga-Nya (itu pun kalau masuk surga).
Firman Allah SWT: "Dan pergaulilah Mereka dengan baik. Jika kamu tidak menyukai Mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya KEBAIKAN yang banyak." (QS An Nisaa: 49)
Ya, benar. Kebaikan dari ikatan ini sungguh banyak. Pasti banyak kebaikan dalam diamnya, sukanya, dukanya. Aku hanya perlu membuka pikiran dan hatiku untuk menerima kekurangannya dan mensyukuri kelebihannya. Seperti saat kuterima dia pertamakali dalam hidupku.
Ya, aku masih berusaha menyemai cinta di rumah. Bukan tak mungkin, di kemudian hari ada ujian yang lebih besar yang aku hadapi. Apapun itu, aku harus siap.
Ya Allah, Yang Maha Pembolak-balik Hati, tetapkanlah Hati kami pada keikhlasan, kumpulkanlah kami hanya dalam cinta-Mu, semakin eratkanlah 'mitsaqan ghakiza (perjanjian yang kuat)' ini.
Tulisan ini aku ikusertakan pada giveaway 'Perjanjian yang kuat'.
Aku buka sebuah file yang dikirimkan teman. Biodata seorang ikhwan (lagi)! Ya, semasa kuliah aku beraktifitas di organisasi muslim, jadi kata ikhwan adalah panggilan umum untuk seorang lelaki muslim. Kubilang, lagi, Karena untuk kesekian kalinya aku bertaaruf (saling mengenal) dengan seorang ikhwan sebelum Menuju pernikahan. Banyak Hal sehingga aku harus melalui sekian Kali taaruf: tak disetujui orangtua, tak segera mendapat jawaban pasti, dan sebagainya.
Aku sempat memikirkan lama biodata ini sementara jawaban harus segera diberikan. Entah kenapa, ini bukan terjadi padaku saja, mungkin pada laki-laki dan perempuan lain nya, jika sedang taaruf ada saja ujiannya. Tiba-tiba ada calon lain yang lebih menjanjikan lah, dan sebagainya. Kebetulan waktu itu aku sedang dalam masa akhir pendidikan sarjanaku, jadi fokus pikiranku pun terbagi.
Aku merenung dan memohon petunjuk-Nya melalui istikharah. Aku membaca lagi biodata itu. Tak ada alasan untuk menolaknya. Agamanya baik, keluarganya baik, dan...ternyata aku pernah bertemu dengannya! Ya, dia ternyata satu angkatan denganku di tempat kuliah lama namun berbeda jurusan dan dulu di organisasi yang sama. Kini dia bekerja di jakarta sementara aku meneruskan kuliah.
Bukankah itu akan menjadikannya lebih mudah? Bukankah ini Jalan Allah untuk mempertemukan kami? Akhirnya..bismillah..aku menerima pinangannya.
***
Ketika Leyla Hana memberitahukan di Komunitas Be A Writer bahwa ia Akan membuat giveaway, aku sih asyik-asyik saja. Yeay...giveaway.itu berarti kesempatanku untuk menulis. Tepatnya, berlatih menulis. Menulis (di blog) bagiku bukan saja kesenangan batin, tapi juga pengalihan dari rutinitas yang kadang membosankan, hiburan di kala sedih, (mungkin) eksistensi diri, menambah saudara, dan berbagi Hikmah (jika memang ada hikmah yang bisa diambil dari tulisan amatirku). Jika suatu saat akan menguntungkan secara ekonomi, aku sangat bersyukur.
Tapi tiba-tiba aku bingung mau menulis apa. Rasanya, aku tidak punya contoh yang baik dalam 'perjanjian yang kuat'. Aku masih suka cemberut jika ada sikapnya yang tak berkenan. Aku masih suka tersinggung dengan caranya menegurku. Aku masih suka ngambek jika ia tak juga mengerti mauku.
Aku seringkali menyimpan gundahku sendiri, merasa tak didengar, merasa kesepian, merasa ini itu. Dan....BOOM!! Seringkali terjadi bom waktu yang meruntuhkan pertahanan masing-masing. Pada satu titik aku bingung apa yang harus dilakukan. Aku pasrah. Apapun yang akan terjadi di hari depan, terjadilah. Lalu, aku melihat wajah dua malaikat kecilku. Anak adalah cermin dari orangtuanya. Tak inginkah aku melihat rupanya yang menawan di cermin itu? Ya, tentu saja aku ingin. Aku ingin Mereka mendapat masa kecil yang menyenangkan untuk diingat. Bukan mengingat betapa tak menyenangkannya saat Suasana rumah 'memanas' karena perbedaan pendapat orangtua.
Saat aku merasa di titik terrendah, saat itulah aku berusaha introspeksi. Aku bertanya-tanya, apa salahku, apa kurangku hingga ujian ini kudapat. Aku mencari jawaban. Sebesar apapun upaya orang lain untuk membantu, sebenarnya hanya aku yang tahu jawabannya dan tahu apa yang harus kulakukan.
Aku teringat, pada awal aku membangun mahligai dengannya, ia memberikanku sebuah buku berjudul 'Membangun Kemesraan dalam Rumah' karya DR. Akram Ridha. Kuharap ia juga Sudah membacanya. Didalamnya, disebutkan ada sepuluh pintu untuk membangun kemesraan di rumah, antara lain:
Pintu pertama: cinta, kerinduan dan kelembutan
Pintu kedua: tercapainya kepuasan seksual
Pintu ketiga: dialog dan saling terbuka
Pintu keempat: mencuri perhatian suami
Pintu Kelima: bersama di saat senang dan susah
Pintu Keenam: ikhlas dan terbuka
Pintu ke tujuh: cara mencukupi nafkah
Pintu kedelapan: saling membantu pekerjaan
Pintu kesembilan: perhatian terhadap keluarga
Pintu ke sepuluh: memberi penghormatan dan penghargaan
(Ilustrasi dari clipartguide.com)
Aku terhenyak. Mungkin aku hanya baru mengetuk pintu-pintu itu, belum benar-benar masuk ke dalamnya. Usia hampir tujuh tahun pernikahan, dan masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.
Adanya proyek-proyek religius di media sosial seperti ODOJ (one Day One Juz) dan 1Hari1Ayat, mengingatkanku bahwa aku harus lebih mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Selama ini mungkin pertahanan mentalku kurang kuat sehingga Mudah rapuh saat diuji. Dia Maha Kuat, seharusnya pada Dia lah aku memohon kekuatan. Bukannya menyalahkan orang lain. Tapi, membekali diri dengan amunisi sabar dan iman yang banyak. Insya Allah, aura positif dari diri sendiri akan menular pada seisi rumah. Seperti kata Aa Gym dengan 3M nya: Mulai dari diri sendiri, Mulai dari sekarang, Mulai dari yang terkecil.
Aku masih berusaha, menyemai cinta di rumah. Sejujurnya, melihatnya tenang bekerja, baik pada anak, tercukupi kebutuhannya, sangat menenangkan. Lelah fisik dan mental itu sebuah resiko dan beharap saja Allah SWT menggantinya dengan kebahagiaan Dunia akhirat. Bukkankah dalam Al Quran Allah SWT mengatakan bahwa tugas manusia itu hanya beribadah? (QS Adz zariyat: 56). Dan, ini bagian dari ibadahku. (Lagi-lagi) kata AaGym, biar lah lelah di dunia asal bisa istirahat di surga-Nya (itu pun kalau masuk surga).
Firman Allah SWT: "Dan pergaulilah Mereka dengan baik. Jika kamu tidak menyukai Mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya KEBAIKAN yang banyak." (QS An Nisaa: 49)
Ya, benar. Kebaikan dari ikatan ini sungguh banyak. Pasti banyak kebaikan dalam diamnya, sukanya, dukanya. Aku hanya perlu membuka pikiran dan hatiku untuk menerima kekurangannya dan mensyukuri kelebihannya. Seperti saat kuterima dia pertamakali dalam hidupku.
Ya, aku masih berusaha menyemai cinta di rumah. Bukan tak mungkin, di kemudian hari ada ujian yang lebih besar yang aku hadapi. Apapun itu, aku harus siap.
Ya Allah, Yang Maha Pembolak-balik Hati, tetapkanlah Hati kami pada keikhlasan, kumpulkanlah kami hanya dalam cinta-Mu, semakin eratkanlah 'mitsaqan ghakiza (perjanjian yang kuat)' ini.
Tulisan ini aku ikusertakan pada giveaway 'Perjanjian yang kuat'.
Aamiin.. Nia, semoga sakinah, mawaddah, warrahmah selalu ya.. Makasih udah ikut GA-ku :-)
ReplyDeletesama-sama Ela..:)
Delete