Mimpi Belajar Nyetir

Mimpi. Mendengar kata ini saya langsung teringat perkataan Aa Gym saat saya masih kuliah di Bandung. Kebetulan kampus saya dekat dengan Pesantren Daarut Tauhid. Sebelum kuliah, saya biasanya mendengar kuliah subuh yang disampaikan Aa lewat Radio MQ FM. Kata Aa, mimpi itu gratis. Artinya silahkan kita bermimpi, apapun itu. Namun jangan lupa untuk mewujudkannya.

Terus terang, mimpi saya banyak. Saya bermimpi untuk menerbitkan buku. Saya bermimpi untuk menjadi blogger professional. Saya bermimpi anak-anak saya sukses dalam pendidikan dan karir mereka. Saya bermimpi pergi ke Rumah Allah di Mekkah. Namun ada satu impian yang ingin saya wujudkan tahun ini dengan berbagai keterbatasan saya, yaitu belajar mengemudi.

Saya ingin mengantar dan menjemput anak saya ke sekolah dan les mengaji. Saya ingin mengantar mertua saya ke pasar saat dia berkunjung ke rumah. Saya ingin mengajak ayah dan ibu jalan-jalan saat saya pulang kampung. Saya ingin mengantar suami ke stasiun atau rumah sakit. Saya ingin silaturahim ke rumah saudara dan teman. Saya ingin ini itu, banyak sekali kayak Nobita. Pokoknya intinya, tak mau bergantung pada yang menggantung…eh pada orang lain.

Bisa dibilang, mimpi ini berlebihan bagi saya. Sepeda motor saja tidak bisa, kok mau belajar mengemudi mobil. Ya, seringkali saya termakan dengan pandangan yang seperti ini. Di satu sisi, saya pesimis. Saya mudah sekali ‘jatuh’ saat ada pandangan yang memberi label bahwa saya tidak bisa. Di sisi lain, saya optimis. Tak ada manusia yang tak bisa kalau dia belajar. Hati saya terbagi dua (bukan lagu loh ya..).

 Sumber gambar: imgarcade

Usaha yang sudah saya lakukan untuk meraih mimpi ini antara lain:

• Mencari informasi di internet tentang perangkat dan cara mengemudikan kendaraan roda empat lewat internet. Jadi ketika praktek nanti, tidak kaget.
• Mencari informasi tentang kursus menyetir mobil khusus wanita di Bintaro. Ada yang tahu? Saya tak mau asal memilih tempat kursus untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan. Salah satu blog favorit saya dalam mencari informasi ini adalah blognya Mbak Nungqee yang kebetulan juga tinggal di Bintaro. Postingannya tentang belajar menyetir khusus wanita tahun 2009 masih dikomentari orang sampe sekarang. Sayang, Mbak Nungqee sekarang tinggal di Inggris sebelum sempat saya kursus menyetir saya beliau. Hihi, kenal juga nggak.

Baru itu sih usaha saya, hiks. Saya masih harus melakukan upaya lain antara lain:

• Minta doa restu suami.
• Menyediakan dana untuk kursus. Mungkin nanti setelah ada sisa dari keperluan ini dan itu. Hihi, mengharapkan ada sisa dana dari uang belanja? Sampai kapaaan? Ya, ya, ini pertanyaan untuk diri sendiri.
• Memberitahu saudara atau teman yang bisa dititipi anak sedari sekarang. Nah ini dia nggak enaknya tak punya pengasuh. Mau kemana-mana repot (jangan bilang repot, nanti repot beneran!!!). Alhamdulillah ada saudara yang dekat, teman juga ada yang mau dititipi. Tapi ya itu, sungkaaan. Setiap orang kan punya kesibukan masing-masing ya.
• Mengumpulkan keberanian, semangat dan motivasi. Nah ini yang penting. Dengan pribadi saya yang begini ini, cepat semangat cepat turun, harus selalu menyediakan stok semangat yang banyak. Membaca dan mendengar berita orang yang belajar menyetir lalu gagal, membuat semangat saya menjadi surut. Sampai saya berfikir, mungkinkah saya sudah takdir berteman dengan ketidakberanian??

Menurutmu, mungkinkah saya mewujudkan impian ini? Ah tidak, tepatnya, menurut saya. Ya, karena saya yang akan menjalani impian ini. Doakan saya dong teman, supaya saya memiliki keberanian untuk mewujudkannya.