[Hijabku Karena] Melaksanakan Perintah-Nya
Perjalanan berhijab saya tidak serta merta tahu akan
perintah-Nya, mendapat hidayah lalu berhijab. Ada beberapa proses yang saya
lewati.
Proses demi proses menuju berhijab
Sudah pernah saya ceritakan di sini, bahwa saya mengenal
hijab sejak kelas 4 SD. Waktu itu sedang popular hijab dibolehkan dipakai di
sekolah. Saya dan teman-teman pun ikut-ikutan memakai hijab. Saat satu persatu
teman melepas hijabnya, tinggallah saya seorang diri yang memakai hijab. Seorang
guru, juga bapak, menyemangati saya untuk tetap memakai hijab ke sekolah. Ya
sudah, saya pakai terus. Namun saat main di lingkungan rumah, saya melepasnya.
Saat SMP, saya tetap memakai hijab ke sekolah karena
lingkungan menuntut demikian. Kebetulan, saya sekolah di Madrasah Tsanawiyah. Saya
lupa, apakah saya tahu makna berhijab atau tidak, kenapa saya harus berhijab. Bagi
saya saat itu, berhijab ya karena lingkungan sekitar banyak juga yang berhijab.
Saat saya membantu ibu melayani pembeli di warung, tak apalah tak memakai
hijab. Toh, di wilayah rumah sendiri, ribet kalau harus berlari-lari menyambar
kerudung.
Saat SMU, saya mengikuti kajian rohani Islam. Saya mulai
mengenal bacaan islami yang membuka wawasan keagamaan saya. Saya juga bergabung
dengan organisasi Islam remaja agar ‘tercelup’ dalam kebaikan. Sedikit demi
sedikit saya mulai merasakan indahnya beragama. Saya mulai malu jika tampak tak
berhijab di depan orang bukan muhrim. Saya juga jadi tahu berhijab itu adalah
perintah Allah SWT yang sudah jelas tertera dalam Alquran.
"Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri.orang mukmin: 'Hendaklah mereka
mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surat Al Ahzab ayat 59)
"Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandangan, dan memelihara kemaluannya, dan jangan
menampakkan pethiasannya, kecuali yang biasa nampak darinya, dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya".(Surat An Nuur ayat 31).
Saat kuliah, Insyaallah saya semakin mantap dengan hijab
saya. Tak terpikir sedikitpun bagi saya untuk membukanya. Jodoh, rejeki, sudah
diatur oleh Allah SWT. Tugas kita sebagai manusia di dunia cuma dua,
melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
hehe, aku pas SMA kelas dua ada temen yang pake jilbab, jadi ikutan. :D walau pas awal2 juga ada pergolakan batin soal kapan jilbab kudu dipake, cz di rumah biasanya kalo pergi2 sekitar rumah males pake *lha* :D
ReplyDeletemoga istiqomah ya, mba Kania.
Aamiiin...mba Ila juga...
Deleteawalnya berjilbab kelas 1 SMA, karena tiap pelajaran agama dihari itu wajib berjilbab. lama kelaman mulai nyaman berjilbab apalagi pulang ngebis.. alhamdulillah jilbab sudah menjadi lifestyle *_*
ReplyDeleteAlhamdulillah :)
Deleteperintah Allah memang tidak bisa ditawar2 lagi ya mba...
ReplyDeleteBetul mba Santi...
DeleteAlhamdulillah hidup di lingkungan yang baik ya mbak ;)
ReplyDeleteJika dulu sekitar tahun 1984-1988 sangat sulit dan banyak sekali rintangan jika seorang wanita hendak berhijab dikatain ninja, kepala pitak, serta dikucilkan. Berbeda dengan sekarang berjilbab sudah menjadi mode, kebanyakan wanita berjilbab hanya ikut-ikutan tanpa tahu ilmunya sehingga terkadang justru miris melihatnya. Banyak di temui wanita yang berjilbab dengan dandanan menor dan sexy
ReplyDeletekalau saya pas TK mak,sekolah di TK muslim,lanjut sekolah di MI dan dipesantren..semoga kita diberi keistiqomahan dalam menutup aurat ya mak aamiin
ReplyDeletesaya pernah berhijab tanpa hati, hanya karena ingin merasakan 'heboh' berhijab. akibatnya..., sempat buka. pengalaman yang menyedihkan. setelah belajar dan kemudian memutuskan hijrah, akhirnya insha Allah sitiqomah untuk seterusnya. Beruntunglah Mak, hidup dalam lingkungan yang mendukung, karena masih banyak juga diluaran yang untuk berhijab itu masih harus menguatkan diri dalam berbagai hal
ReplyDelete