Tas Tumi Untuk Putri Tercinta


“Duuh, kenapa belum diganti juga tasmu, nak. Lihat, ini sudah kusam begini” Bu Hartati membolak-balik tas ransel berwarna hitam di hadapannya, lalu mengaduk-aduk isinya. Seorang gadis berjilbab putih yang duduk tak jauh dari Bu Hartati, hanya melihat sekilas pada Bu Hartati lalu melanjutkan kegiatannya memakan nasi goreng telur dihadapannya.

“Kamu bawa apa saja sih, nak. Kok banyak banget. Bukannya kamu hari ini sidang skripsi? Ibu lupa, kemarin ibu beli tas baru untukmu. Ibu dapat diskon banyak dari teman ibu yang suka jualan tas bermerek. Bawa ya nak. Kamu harus tampil bagus biar percaya diri, sebentar ya ibu ambil di kamar.” Bu Hartati menaruh ransel hitam itu dan bergegas ke kamarnya.

Gadis berjilbab itu, putri Bu Hartati, namanya Fahima. Dia meminum air putih di hadapannya lalu berdiri. “Tak usah bu, Ima buru-buru, Ima berangkat ke kampus sekarang ya.” 


sumber

“Eh sebentar, nak. Ini kamu lihat dulu, coba dulu. Kamu pasti suka pilihan ibu kali ini. Ini Tas Tumi yang bagus dan cocok buatmu” Bu Hartati menyodorkan sebuah bungkusan kain berwarna putih ke hadapan Fahima.

“Iya bu, nanti ya bu. Sekarang Ima berangkat dulu ya. Doakan Ima lancar sidangnya. Tuh, teman Ima sudah jemput. Kami mau berangkat bareng. Assalaamualaikum..” Fahima mencium tangan ibunya, mencium dua pipi sang ibu yang mulai terlihat kerut di sana-sini. 

Maaf bu, bukannya Ima tak mau menyenangkan hati Ibu. Tapi Ima sudah besar, Ima tak mau diatur-atur. Ima juga seringkali tak suka dengan pilihan fashion ibu. Mm, sedikit kuno dan terlalu feminim. Ima ini suka kumpul dengan teman-teman, jalan-jalan. Ima lebih leluasa memakai tas ransel dan lebih nyaman saat membawa banyak barang. Selama ini ibu selalu memilihkan Ima tas-tas yang..ibu-ibu banget. Ima kan malu bu sama teman-teman. Rasanya, tidak bebas bergerak kalau memakai tas yang ibu pilihkan” Bisik Fahima dalam hati sambil berlalu dari hadapan ibunya menuju halaman rumah. Di depan pagar rumahnya, sahabat baiknya sudah menanti dengan sepeda motor hitamnya.

Bu Hartati pun melepas putrinya dengan beribu doa di dalam dada, semoga putrinya bisa menjalani siding sksripsi dengan lancar. Dipandangnya Fahima dan sahabatnya sampai mengecil di kejauhan. Ah Fahima anakku, sudah besar kamu nak. Sudah tak mau ibu atur-atur lagi. Ibu mengerti, tapi ibu juga tak tahu kenapa ibu terus mengkhawatirkanmu. Mungkin ini yang namanya cinta. Cinta membuat seseorang tak henti emmperhatikan seseorang yang dicintainya.

Bu Hartati meletakkan bungkusan kain putih berisi Tas Tumi di kamar Fahima.

***

sumber

Fahima resah. Tas ransel hitamnya tergeletak pasrah di kasur, resletingnya macet. Fahima lupa membetulkannya semalam, juga lupa mencucinya agar tampak kinclong. Satu lubang kecil juga terlihat nyata di bagian pinggir tas. Tas ransel hitam itu memang usianya sudah cukup tua, sudah menemani Fahima selama kurang lebih 5 tahun-an. Fahima sangat mencintai tas ransel yang sudah menemani berbagai kegiatannya selama ini. Dia memang tipe orang yang susah move on kalau sudah jatuh cinta dengan satu barang. 

Kemarin Fahima terlalu sibuk menyiapkan materi pertama yang akan ia berikan pada anak-anak didiknya. Ya, ini adalah hari pertama Fahima mengajar di sebuah sekolah menengah pertama. Memang masih dalam masa training, tapi Fahima senang sekali. Dia memang suka mengajar. Ini adalah pekerjaan impiannya. 

bersambung.... 

Keterangan:
Tulisan ini FIKSI, hanya rekaan yang terinspirasi dari kisah nyata. Dulu saya juga adalah anak keras kepala yang hanya mau bergaya dengan fashion sendiri. Anak perempuan dan ibunya selalu saja ada hal yang diperdebatkan dan dikompromikan. Mohon maaf kalau tulisan ini banyak kekurangan, belum punya pengalaman punya anak remaja. Anak perempuan saya masih 4,5 tahun soalnya. Kritik dan saran dipersilahkan.

Comments

  1. bagaimana kisah lanjutan fahima dan tas ramselnya...? kita tunggu kelanjutannya...hehehe

    ReplyDelete
  2. to be continued padahal lagi seru"nya ....
    we want more :)

    ReplyDelete
  3. Gimana tuh lanjutannya, masih diterusin kaaan?

    ReplyDelete
  4. ditunggu kelanjutannya ya mbak nia
    btw nama tasnya unik ya mbak nia, tas tumi, :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya saya juga baru tau ada tas bermerek seperti ini

      Delete
  5. Wah, jadi keinget ama diri sendiri. Dulu aku juga tipe yang gak suka ama pilihan ibu. Baru menginjak remaja aku menyadari kalo pilihan ibu jauh lebih bagus dari pilihanku. :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak, ibu saya juga suka jahitkan baju2 saya ke tukang jahit dan saya selalu suka pilihan ibu akhirnya

      Delete
  6. Aku suka namanya. Tas Tumi. Unik dan etnik :).

    ReplyDelete
  7. Ooh ini masih bersambung.. Pantes kucari endingnya apa tp ga ada.

    ReplyDelete

Post a Comment

Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.

Popular posts from this blog

6 Perbedaan Belanja Online dan Toko Konvensional

Cara Mudah Mendapatkan Kuota Internet Gratis

Semakin Bersyukur di Usia Cantik