Inspirasi Mengelola Sampah Rumah Tangga Dari Ratu Sampah Sekolah
Suatu hari,
saya melihat tayangan televisi tentang gunung sampah pakaian di suatu negara. Bayangkan,
sampah pakain yang terlihat itu menggunung benar-benar seperti gunung, sangat
luas dan banyak sekali sehingga sejauh mata memandang adalah sampah pakaian. Di
daerah lainnya, ada juga gunung sampah peralatan elektronik. Siapapun bisa
membuang sampah disana atau mengambil sampah yang masih bisa dipakai. Saya lupa,
gunungan sampah pakaian dan elektronik itu ada di negara mana.
Tidak usah
jauh-jauh deh. Di negara kita saja, di Tempat Pembuangan Sampah (TPA) sampahnya
menggunung dan selalu bertambah setiap harinya. Apa jadinya jika sampah-sampah
itu jika tidak bisa kita kelola dan bertambah setiap hari? Akan kemana lagi
kita membuang sampah? Dimana lagi kita akan tinggal dengan nyaman jika semua tempat
di lingkungan kita penuh dengan sampah? Begitulah kita-kira isi pikiran ini
sering berkecamuk.
Ternyata
bukan saya saja yang gelisah dengan banyaknya sampah di sekitar kita. Ada seorang
anak muda asal Bandung, Jawa Barat, yang juga gelisah dan bahkan bergerak untuk
mengelola sampah.
Dialah
Amilia Agustin, siswi kelas XII SMAN 11 Bandung kelahiran 20 April 1996 ini terdorong
membentuk komunitas yang mengelola sampah di lingkungan sekolahnya. Awalnya, Amilia
gelisah melihat onggokan sampah di lingkungan sekolahnya. Ia merasa jijik
dengan sampah yang ada dimana-mana dan sekolahnya itu terkenal dengan
lingkungan yang kotor.
Setelah
mengobrol dengan teman-temannya mengenai hal ini, Amilia lalu mengajukan
proposal program Karya Ilmiah Remaja “Go To Zero Waste School” kepada Program
Young Changemakers dari Ashoka Indonesia. Program tersebut diinisiasi pada
tahun 2005 untuk membuka peluang bagi anak-anak muda berusia 12-15 tahun mempraktekkan
prinsip-prinsip entrepreneurship. Tujuannya adalah menciptakan pemimpin di masa
depan yang dapat membuat perubahan. Proposal “Go To Zero Waste School” dengan
biaya operasional 2,5 juta akhirnya disetujui.
Proyek
pengelolaan sampah ini terbagi dalam 4 bidang, yaitu pengelolaan sampah organic,
anorganic, tetra pak, dan kertas.Dari keempat cara pengelolaan itu, Amilia dan
kelompoknya bisa membuat tas dan pupuk kompos. Limbah plastik seperti bungkus
mi atau bungkus kopi akan diolah menjadi tas yang bernilai ekonomis. Limbah
kain perca yang diambil dair Perusahaan konveksi di Bandung diolah menjadi tas
yang bernilai jual. Untuk sampah tetrapak, Amilia bekerjasama dengan Yayasan
Kontak Indonesia menukarkan sekilo kemasan bekas untuk 5 buku catatan dari
sampah tetra pak.
Sosok Amilia
sendiri aktif di berbagai kegiatan, antara lain Kelompok Ilmiah Remaja,
Matematika Club, Komunitas Sahabat Kota, Balad Kuring, Kebunku, serta
Archipelago.anak tertua di keluarganya ini juga aktif mengkampanyekan
pengelolaan sampah kepada warga sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Karena
gerakannya mengelola sampah ini, Amilia juga menerima penghargaan Semangat Astra
Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award tahun 2010. SATU Indonesia Award merupakan
apresiasi Astra bagi anak bangsa baik individu maupun kelompok, yang sudah
berkonstribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui
bidang kesehatan, Pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.
Amilia
sekarang berusia 27 tahun dan membina 4 sekolah negeri di Bandung. Ibu-ibu rumah
tangga yang tinggal dekat sekolah pun mendapat penghasilan tambahan dari penjualan
tas limbah kain.
Amilia
menginspirasi warga sekitar untuk membuat kampung Harapan, yaitu pusat
pengelolaan sampah rumah tangga yang diharapkan bisa jadi solusi untuk pencegahan
banjir. Amilia bertekad untuk terus menambah ilmu dan menularkan sikap peduli
lingkungan agar terbebas dari masaalah sampah.
Sebagai
ibu dengan 3 anak yang salah duanya adalah remaja, melihat sosok Amilia ini
tentu saja jadi malu sendiri. Saya yang usianya sudah banyak, tentunya jangan
sampai kalau dengan remaja 18 tahun saat amilia menerima penghargaan. Jika kita
berpikir, kita seharusnya tersulut dengan semangat Amilia si Ratu Sampah
Sekolah, begitu Amilia mendapat julukan.
Memang
sedikit demi sedikit, saya pun berusaha untuk mengelola sampah rumah tangga
yang dihasilkan. Saya searching berbaga artikel di dunia maya, dan dari
beberapa sumber tersebut serta terinspirasi dari proyek “Go To Zero Waste
School” nya Amilia, bisa saya simpulkan bahwa untuk mengelola sampah rumah
tangga bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.
Memisahkan sampah sesuai jenisnya
Langkah
pertama dalam mengelola sampah rumah tangga adalah dengan memisahkan sampah
berdasarkan jenisnya yaitu organic dan anorganic. Kita bisa menyediakan 2
tempat sampah di rumah dan diberi tanda untuk mempermudah mengelolanya. Dengan car
aini, kitab isa lebih mudah memisahkan sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap
harinya.
2.
Melakukan Zero Waste
Konsep
Zero waste mulai sering disuarakan agar kita peduli pada alam dengan cara mengganti
plastic dan menggunakan barang yang tidak habis dipakai atau bisa digunakan
berulang. Misalnya dengan cara mengganti plastik dengan tas belanja kain, mengganti
stereoform dan minuman kemasan dengan kotak bekal dan botol minum.
3.
Membuat pupuk dari sampah organik
Daripada
membiarkan sampah organik membusuk karena bakteri pengurai, sebaiknya melakukan
daur ulang dengan menjadikannya sebagai pupuk kompos untuk tanaman. Sampah yang
awalnya dipandang sebelah mata pun akhirnya bisa jadi bermanfaat untuk
lingkungan.
4.
Membersihkan tempat sampah setiap hari
Tempat
sampah di rumah sebaiknya senantiasa dibersihkan setiap hari. Buanglah sampah
dengan rutin dan bersihkan tempatnya sehingga bau tak sedap bisa dihindari. Berilah
alas plastic ramah lingkungan pada tempat sampah sehingga kebersihannya terjaga
dan memudahkan saat membuang sampah.
5. Melakukan
daur ulang pada sampah anorganik
Kita bisa
memilih dan menggunakan barang-barang yang masih bisa digunakan. Misalnya botol
kaca untuk penyimpanan atau hiasan. Namun sebelum mendaur ulang sampah
anorganik, pastikan dulu barang tersebut mempunyai logo daur ulang agar aman
digunakan.
Mengelola
sampah di rumah memang kelihatannya perbuatan yang sangat kecil, namun dampaknya
besar jika disepelekan. Yuk, mulai mengelola sampah rumah tangga yang betul
untuk dampak positif yang lebih besar. Jangan kalah sama remaja 18 tahun yang bahkan
mampu menggerakkan orang lain untuk mengelola sampah di lingkungannya!
Sumber
referensi:
- E-booklet
Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2023
- Wikipedia.org
Sekarang Jogja baru darurat sampah. Tiap hari TPA dekat rumah selalu kedatangan sampah dan jumlahnya selalu menggunung. Memang dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk mengelola sampah biar tidak mencemari lingkungan
ReplyDeleteDedikasi yang luar biasa ya mbak. Beliau masih muda tapi sudah bisa membuat aksi untuk menjaga lingkungan. Selain itu, upaya pengelolaan sampah itu juga jadi lebih bernilai dan menghasilkan
ReplyDeleteNah, ini dia generasi muda yang keren dan bisa memberi inspirasi bagi teman-teman lainnya. Dan bagus sekali langkah yang diambil oleh Almira. Sesuai kapasitasnya saja sebagai seorang siswi, kemudian dari lingkungan sekolah dengan membentuk komunitas. Dan memang masalah sampah ini, harus tanggung jawab kita bersama.
ReplyDeleteurusan sampah ini bisa dibilang klasik, tetapi memang harus diatasi bersama ya.
ReplyDeleteDan sosok seperti Amilia ini pastinya menginspirasi kita untuk bisa menerapkan hal yang sama juga
Pahlawan yang peduli sampah dan lingkungan seperti ini memang layak dapat penghargaan, juga patut dicontoh.
ReplyDeleteSelain menjadikan sampah sebagai barang yang bernilai jual, juga bisa untuk menghidupi ekonominwarga sekitar.
Aduh, keresahan kita sama nih, kak. Masalah sampah di Bali juga masih belum tersolusikan dengan baik.
ReplyDeleteIni sosok Amilia juga sangat menginspirasi. Semoga banyak yg mengikuti jejaknya ya yg peduli sama keresahan sampah di Indonesia ini.
takut bangett Malang bakal kaayak gini, btw di kota sebelahnya Malang, di batu TPA nya juga udah mulai ditutup karena kelebihan kapasitas :(( ya Allaah
ReplyDeletesemoga makin banyak generasi muda seperti Amilia Agustin yang peduli terhadap lingkungan, sehingga bumi kita menjadi lebih baik, dan prgram Satu Indonesia Award ini juga terus berjalan sehingga memotivasi yang lain untuk ikut bergerak juga dalam berbagai bidang
ReplyDeleteWah jadi ingat masa-masa jadi guru. Sempat jadi guru kebun yang juga bertanggungjawab mengurus bank sampah sekolah. Jadi salut sama Mbak Amilia, selain berkontribusi untuk masyarakat, juga mampu membina 4 sekolah dalam mengelola sampah.
ReplyDeleteSampah ini emg jd masalah di setiap daerah dan tempat. Mslhnya selalu sama. Ga ada yg mau peduli mengolahnya.
ReplyDeleteUntunglah ada srikandi spt Kak Amilia ini. Dia berjibaku mengolah dan memilah sampah utk dijadikan seduatu yg bermakna. Dtggu ya kiprah pahlawan spah lainnyandr berbagai pelosok. Smg yg lain dpt apresiasi dr Astra berkat ajang SATU Indonesia Awards ini.
Inspiratif banget ini dan bagus kalau diterapkan di banyak daerah biar tumpukan sampah gak menggunung ya. Di rumah, kami juga mulai memilah-milah sampah. Yang masih bisa dimanfaatkan biasanya kami manfaatkan lagi juga, misalnya kaleng bekas, bungkus susu, dll.
ReplyDeleteDi tempatku juga lagi darurat sampah, ka Kania.
ReplyDeleteJadi rasanya penting sekali mengetahui dasar-dasar kelola sampah agar lingkungan tidak terbebani terlalu berat dengan sampah organik yang bercampur dengan sampah anorganik.
Menginspirasi sekali, ka Amilia.