Nongkrong Asyik di Warung Mee

Pagi itu saya sibuk bongkar lemari, pilih baju yang sesuai untuk pergi nongkrong. Apa? Nongkrong? Duh, emak-emak, berhijab, nongkrong. Nggak nyambung amat ya. Ssst, tenang. Yang ini nongkrong isitmewa karena diserta bincang-bincang tenang bisnis kuliner oleh pelaku bisnisnya. Saya mau ‘nyuri’ ilmu dari ahlinya. Saya senang pakai baju-baju yang kasual namun tetap menutup aurat untuk acara yang santai seperti ini. Tapi ternyata banyak baju yang lagi antri di mesin cuci, jadi ya sudah pakai baju yang ada walau berasa mau kondangan karena pakai longdress/gamis.

Menurut kitab gaul, nongkrong artinya kongko-kongko bersama teman, biasanya seumur, melibatkan pembicaraan segala macam hal, mulai dari yang remeh sampai yang serius. Jadi, nongkrong tak selalu bermakna negatif. 

Kali ini, saya mau ‘nongkrong’ sama teman-teman blogger di salah satu tempat nongkrong Jakarta, Waroeng Mee. Pemiliknya, mas Hendy sama mbak Nilamsari mau bagi-bagi ilmu bisnis kuliner mereka. Siapa tau kan, suatu hari nanti saya bisa mengikuti jejak mereka berbisnis kuliner (berharapppp….)

Warung Mee terletak di Jalan Blora nomor 36 Jakarta pusat, tepat di samping stasiun Sudirman. Dari tempat tinggal saya di Bintaro memakan waktu 1 jam-an perjalanan menggunakan commuter line. Begitu sampai di depan Waroeng Mee, saya langsung merasakan suasana khas anak muda dari berbagai atribut yang menghias Waroeng Mee. Berbagai gambar, quote-quotenya, khas anak muda. Kalau ada tamu yang datang, semua petugas langsung menyambut dengan sebutan bro atau sis dengan suara yang cukup nyaring dan mungkin bikin terkejut untuk yang pertamakali datang. 

Kursi dan meja plastik berderet rapi. Kita bisa pilih untuk duduk di luar sambil menikmati pemandangan lalu lintas Jakarta. Atau di dalam Waroeng Mee sambil menonton televisi yang tersedia. Di bagian belakang yang menyerupai lorong, penerangan agak kurang menurut saya sehingga saya memilih untuk duduk di depan, tak jauh dari pintu masuk. 

Petugas akan segera datang memberikan daftar menu. Nama menunya unik-unik dan bikin kita bertanya-tanya, ini makanan isinya apa ya? Kita bisa Tanya kok sama petugasnya, menu ini komposisinya apa dan terbuat dari apa. Harganya juga cukup terjangkau.

Sambil menunggu pesanan kita siap, kita bisa ber-medsos karena Waroeng Mee difasilitasi dengan wifi. Kita bisa Tanya passwordnya apa ke petugas. Saya jadi membayangkan waktu masih mahasiswa. Enak ya, nongkrong di sini sambil ngerjain tugas sama teman-teman, ngobrol tentang perkuliahan, menikmati internet gratis sambil menyantap makanan dan minuman lezat dari salah satu tempat kuliner enak di Jakarta.

Menu di Waroeng Mee buanyaak. Bisa dipilih sesuai selera dan kemampuan kantong. Ada kue cubit aneka warna, berbagai macam mie, berbagai macam roti, kebab, dan berbagai macam minuman. Saya pesan mie sunrise. Saya lupa tanya kenapa namanya mie sunrise. Mungkin karena penampakannya seperti matahari terbit ya, hihi ngarang aja saya. Mie sunrise itu isinya mie ditambah dengan aneka sayur seperti kol dan mentimun, telur, serta daging burger. Alhamdulillah, satu mangkok mie sunrise sangat mengenyangkan.

Saya juga mencoba menu lainnya yaitu cireng bumbu rujak dan burgernya. Cireng lebih lezat dimakan hangat ketika baru dihidangkan pelayan. Roti burgernya lembut dan saos burgernya nendang banget. Saya jadi inget anak di rumah yang suka makan burger. Dia menyebut semua burger dengan sebutan crabby patty, seperti yang ada di dilm kartun Sponge Bob. 

Sambil menikmati hidangan, saya mendengarkan penuturan mas Hendy dan istrinya, mba Nilam, tentang proses mereka mendirikan Waroeng Mee. Ternyata Waroeng Mee baru buka sekitar 3 bulanan yang lalu. Tidak semua penuturan suami istri yang juga pemilik Kebab Baba Rafi itu bisa saya tangkap. Namun saya menyimpulkan, jalan mereka dalam mendirikan bisnis kuliner berliku. Namun mereka tidak patah semangat. 

Mba Nilam masih ingat, ketika di bangku kuliah dia tidak merasa cemerlang. Pelajaran akuntansi saja dia menyerah. Namun dia berusaha mencari apa yang menjadi kelebihannya. Mas Hendy juga bilang, ketakutan itu harus dihadapi. Dalam bisnis tentu banyak resiko yang ditakuti seperti kerugian. Dan itu harus siap dihadapi oleh seorang pelaku bisnis. Sekarang, Waroeng Mee malah akan membuka cabang berikutnya di BSD. Waw, selamat ya.

Saat mas Hendy dan mba Nilam selesai berbagi ilmu, hidangan di meja juga sudah tandas. Saya pun pamitan dengan membawa oleh-oleh ilmu baru dan beberapa camilan khas Waroeng Mee seperti cireng dan churros. 

Lokasi strategis, harga menu terjangkau, tempatnya nyaman dengan jendela lebar yang tak diberi penghalang seperti kaca. Tiga hal ini yang membuat Waroeng Mee bisa banget dipakai sebagai tempat nongkrong asyik di Jakarta Pusat.