Listrik Pintar Untuk Rumah Kontrakan
Di awal
pernikahan, saya mengontrak rumah di daerah Jakarta Selatan. Alhamdulillah,
saya dapat lingkungan tetangga yang baik dan ramah-ramah. Keluarga pemilik rumah
kontrakan suka mengririm makanan. Bagi saya yang masih belajar berumah tangga
dan bertetangga, ini adalah sebuah teladan bagaimana caranya
bertetangga. Saya pun akhirnya belajar dengan melihat contoh dari beliau. Jika
punya makanan atau oleh-oleh dari kampung, saya bagi-bagi juga dengan tetangga.
Rumah kontrakan
saya itu merupakan satu rumah yang dibagi dua. Bagian depan dihuni tetangga
sepasang suami istri dengan 1 anak seperti saya saat itu. Bagian belakang dihuni saya,
suami, dan anak pertama yang waktu itu masih batita.
![]() |
sumber |
Tetangga saya sesama
‘kontaktor’ ini juga baik. Kita suka saling sapa kalau ketemu. Saya juga berada
di organisasi yang sama dengan sang tetangga. Sedikit masalah timbul ketika
kita akan bayar listrik, karena meteran listrik yang kita pakai Cuma satu. Jadi
kita tidak tahu pemakaian listrik siapa yang lebih besar. Selama ini, pemilik
kontrakan memberi solusi dengan cara membagi dua pembayaran listrik. Jadi,
ketika ada tagihan listrik, setengahnya saya yang bayar dan setengahnya lagi
tetangga saya tersebut yang bayar.
Ternyata,
diam-diam kami di belakang saling mengeluh. Saya suka mengeluh sama suami,
jangan-jangan tetangga yang pemakaian listriknya lebih besar. Tetangga saya
juga melakukan hal yang sama. Saya bisa tahu demikian, karena sang tetangga
pernah salah SMS. Dia bermaksud SMS sama suaminya, mengeluhkan tentang saya
sekeluarga. Eh, ternyata SMSnya nyasar ke saya. Masha Allah. Ini cara Allah SWT
membukakan rahasia yang disimpan sang tetangga, sekaligus menasihati saya agar
berinstropeksi. Saya pun membalas SMS-nya, saya yang minta maaf duluan jika ada
yang salah. Saya juga minta tolong dia kalau saya salah tolong diingatkan
dengan cara yang baik, karena itu lebih mudah dan lebih nyaman saya terima.
Saya bersyukur,
sekarang saya sudah tidak mengontrak lagi. Saya dan keluarga sudah lepas dari
keresahan tentang ‘siapa yang pemakaian listriknya paling besar?’. Saya dan
keluarga sekarang mencicil rumah di daerah Tangerang Selatan. Besar kecilnya
pemakaian listrik adalah tanggung jawab saya sekeluarga.
Sebenarnya waktu
itu saya dan tetangga saya itu sudah mengusulkan untuk membuat meteran lagi
sama pemilik kontrakan agar kami mengetahui masing-masing pemakaian listrik
kami. Tapi, entahlah kenapa beliau tidak segera melakukannya.
![]() |
sumber |
Untuk pemilik
usaha rumah kontrakan, sebaiknya sih tiap rumah kontrakan punya meteran atau
menggunakan listrik pintar, agar
tidak terjadi masalah atau perselisihan seperti yang pernah saya alami. Dengan
begitu, pemilik kontrakan tidak perlu berusah payah menagih pembayaran karena tanggungjawab
pembayaran listrik akan ditanggung penghuni kontrakan dan pemakaian listrik dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
Pada sistem
listrik pintar, pelanggan mengeluarkan uang atau biaya lebih dulu untuk membeli
energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli
oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Prabayar (MPB) yang terpasang dilokasi
Pelanggan melalui sistem ‘token’ (pulsa) atau stroom.
Keuntungan menggunakan listrik pintar adalah kita sebagai pelanggan lebih mudah mengendalikan pemakaian listrik. Pemakaian listrik
juga dapat disesuaikan dengan anggaran belanja. Kita tidak akan terkena biaya keterlambatan jika telat membayar listrik. Privasi
pun akan lebih terjaga karena tidak harus membukakan pintu untuk petugas PLN
yang mencatat meteran.
Jaringan yang luas untuk pembelian
listrik isi ulang juga merupakan salah stau keuntungan pemakaian listrik
pintar. Token listrik bisa dibeli dengan nominal 20 ribu sampai 1 juta di bank-bank
yang bekerjasama dengan PLN, berbagai loket pembayaran, atau beli di toko
online sekalian belanja bulanan.
Salah
satu toko online yang menyediakan pembelian token listrik yaitu Tokopedia. Beli Token listrik online di Tokopedia caranya mudah.
- Buka www.tokopedia.com dan login. Kalau belum menjadi member, lakukan registrasi dulu.
- Pilih kategori “Token Listrik”
- Masukkan nomor meteran atau ID pelanggan.
- Pilih nominal token listrik yang ingin dibeli. Pilihannya mulai dari 20,000 sampai 1,000,000.
- Pilih metode pembayaran instan. Pilihannya mulai dari Saldo Tokopedia, KlikBCA, BCA Klikpay, Mandiri Clickpay, Mandiri E-Cash, E-Pay BRI dan kartu kredit berlambang Mastercard, Visa, JCB dan Debit Online.
- Jika transaksi sukses, maka kode token dan KwH yang kita dapatkan akan tampil seketika. Selain itu kita juga akan mendapatkan kode dan notifikasi melalui e-mail dan SMS. Token Listrik dapat digunakan saat itu juga untuk mengisi ulang pulsa listrik.
Setelah kode token diterima, Kita hanya
perlu memasukan 20 angka kode token ke panel meteran listrik yang tersedia. Cek
kembali jika sudah benar lalu tekan enter. Jika display meteran menunjukan Accept atau Diterima, berarti KwH akan
ditambahkan ke daya yang tersisa. Apabila muncul Reject atau Ditolak berarti kode yang dimasukan salah, silahkan
masukan kode kembali dan cek apabila angka kode yang dimasukan telah sesuai dan
benar.
Bagaimana dengan teman-teman?
Pemakaian listrik di rumah sudah menggunakan listrik pintar atau masih dicatat
petugas PLN?
Ga kebayang malunya si tetangga pas salah kirim sms, tapi ada hikmahnya juga ya Mbak.
ReplyDeleteiya mas, betul, ada hikmahnya. ngga selamanya orang lain yang salah pasti ada andil kita di dalam suatu persoalan
DeleteUntuk rumah kontrakan memang lebih baik menggunakan token Mbak. Temen saya ngontrakin rumahnya.Eh si pengontrak kabur dengan meninggalkan tagihan listrik 3 juta lebih. Terpksa teman saya yang bayar. Sekarang meterannya diganti dengan yg listrik pintar seperti ini.
ReplyDeleteya Alloh, itu uang yg beesar sekali mba :(
Deletedi kosan saya juga pakai token Mba Kania dan masing-masing kamar punya meteran sendiri :)
ReplyDeletetiap orang lebih bertanggungjawwab terhadap pemakaian listriknya ya mba :)
Deletememang menggunakan listrik prabayar kayak gini menghemat penggunaan listrik mba...kyk pulsa prabayar aja
ReplyDeletejadi eman-eman pake listrik ya mba soalnya sudah bayar duluan
DeleteLebih baik ya mba kalau kontrakan dibuat pulsa aja. Usaha kontrakan yg dari jaman dulu, sekarang jadi gunain pulsa listrik :)
ReplyDeleteWaah, jadi nggak enak ya kalo saling berprasangka gitu, mending emang pakai token listrik sih :)
ReplyDeleteSaya pakai cara dicatat petugas PLN, mba Kania.
ReplyDeleteKarena masih ngontrak, jadi gak kepikir buat ganti-ganti.
Kebayang kaya isi pulsa HP yaa, mba...
*masih awam banget.
Haturnuhun infonya, mba...
Bermanfaat sekali.
Saya jg pakai listrik prabayar, wah beli pulsanya bs lewat toped jg yah
ReplyDeletesaya sih baru tahu mbak kalau bisa bayar token di toped juga
ReplyDeleteSaya juga pernah ngalami mbak hidup satu rumah dengan keluarga lain, dan rekening listrik selalu jadi masalah sama persis dengan cerita ini..... Dan memang tinggal di rumah sendiri lebih nyaman ya mba....
ReplyDeleteini listrik prabayar ya?
ReplyDeletekalau share listrik, kadang suka njeglek..kalau nyetrika dan masak nasi bersamaan
Wah baru tahu aku, beli token bisa di toped mba.
ReplyDelete