Saya Ingin #BeraniLebih Bahagia dan Bersyukur
Kata orang, saya ini sensitif. Mudah
terharu, mudah tersinggung, mudah patah semangat, mudah kembali semangat. Saya
seringkali memikirkan sesuatu yang tidak perlu saya pikirkan. Tak heran, saya
menjadi peribadi yang melankolis dan sendu.
Pernah, sewaktu SMU, sahabat saya
diisukan berbuat hal yang dilarang agama. Saking sedihnya, saya berhari-hari
memikirkan doa dan berusaha menyakiti diri sendiri. Sampai akhirnya saya lelah
dan membiarkan saja semuanya berlalu.
Di satu sisi, sifat ini merugikan
saya. Saya seringkali kalah dalam persaingan dan kurang memiliki jiwa berjuang.
Saya menyesali kenapa saya begitu cengeng, lemah, dan bodoh.
Seiring banyaknya hal yang
dilalui, saya ingin #BeraniLebih belajar memahami diri sendiri agar saya lebih
bahagia dan bersyukur. Saya mencari dan mencari melalui berbagai hal.
Saya sering mendengar hadist Nabi
yang mengingatkan untuk tak jatuh ke lubang yang sama. Saya sering mendengar
motivator berkata, “You are what you
think!”. Saya pernah membaca bahwa setiap orang itu istimewa.
Melalui berbagai proses, saya pun
belajar untuk #BeraniLebih bahagia dan bersyukur dengan apa yang saya miliki. Baiklah,
jika saya memang tidak berjodoh dengan dunia kerja. Saya jadi lebih bersyukur
bisa mengikuti perkembangan anak-anak dari waktu ke waktu di rumah.
Tak apa jika ada hal yang kurang
berkenan dengan pasangan. Dari awal kita memang berbeda. Dia lelaki, saya
perempuan. Saya seharusnya bahagia dan bersyukur dia memilih saya sebagai ibu
dari anak-anaknya.
Biarkan saja orang menggunjing
tentang saya, kalau saya merasa tak bersalah. Yang penting, saya selalu
berusaha berbuat baik pada setiap orang. Tuhan Maha Adil. Dia sendiri yang akan
mengangkat dan menurunkan derajat hamba-Nya. Saya seharusnya bersyukur masih
ada yang peduli jika saya begini dan begitu.
Tak apa saya memiliki jiwa sensitif.
Bukankah itu bagus? Jiwa yang sensitif membuat seseorang mudah empati. Mudah-mudahan
ini menjadi bekal saya untuk mencintai keluarga dan menolong orang. Lagi-lagi,
saya harus bersyukur.
Selagi kita marah, sedih, dan
kecewa, itulah jalan Tuhan untuk menguji kita. Apakah kita masih memegang tali
agama-Nya ketika ujian itu datang, atau sebaliknya.
Saya ingin #BeraniLebih bahagia
dan bersyukur, menyimpan kesedihan di sebuah kotak yang dibuka hanya pada saat
yang tepat. Ternyata, jika kita menyerahkan semuanya pada Tuhan setelah usaha
maksimal yang kita lakukan, percaya pada semua ketentuan-Nya, memandang semua
ujian dari sisi positif, dan menyibukkan diri dengan kegiatan positif (seperti
bermain dengan anak, ngeblog, pengajian, dan sebagainya), insyaallah bahagia dan syukur akan menyertai.
378 kata.
FB: Kania Ningsih
Twitter: @kanianingsih
klo menurut saya memiliki jiwa sensitif ga ada salahnya
ReplyDeletesaya juga sensitif mak, kadang sensitif juga diperlukan hehe
ReplyDeletesemoga keinginan berani lebihnya terwujud ya mak. amin
ReplyDeletesukses buat kompetisinya
salam knal dari saya
pemilik akun @guru5seni8
main ke tukisanku ya mak kalo sempat, salah 1 nya di http://t.co/SSSt4EypPt. makasi
salam kenal juga
DeleteSetiap individu pasti memiliki sisi sensitif, tinggal tergantung dari invidunya mau di kelola bagaimana sisi sensitif tersebut.
ReplyDeleteHidup itu mudah dan indah, hanya terkadang manusia tidak menyadari dan justru membuat kerumitan dan keburukan
ReplyDeleteYaaap....betul banget mak, jangan sampai jatuh ke lubang untuk kedua kalinya...pengalaman adalah guru yg paling berharga
ReplyDeleteDengan bersyukur, bahagia pasti bisa dirasakan ya Mbak :)
ReplyDeletesensitif itu berarti peka plus perhatian. dan sepertinya, itu hal yang manusiawi...
ReplyDeletekita memang harus berani untuk bahagia. karena bahagia, adalah hak kita. dan jangan lupa... bersyukur!
we are what we think, right? jika kita berfikir kita bahagia maka bahagialah...insyaallah
DeleteBersyukur, itu yang paling utama mb. msh banyak yang jalan hidupnya lebih buruk dari yang kita punya
ReplyDeleteBetul mba...
DeleteYou are what you think.....like it :)
ReplyDeletemungkin sensitif hanya disaat tertentu kita apa yang kita yakini berbeda dengan pendapat orang lain, atau mungkin lagi datang bulan *plaaak*
ReplyDelete:))))
hihi...bener juga sih mak, kalo lagi PMS suka begitu
DeleteTernyata, jika kita menyerahkan semuanya pada Tuhan setelah usaha maksimal yang kita lakukan, percaya pada semua ketentuan-Nya, memandang semua ujian dari sisi positif, dan menyibukkan diri dengan kegiatan positif (seperti bermain dengan anak, ngeblog, pengajian, dan sebagainya), insyaallah bahagia dan syukur akan menyertai. --> itu saya juga perlu, mbak, hiks, trims udah ikutan di-self reminding yaa ^^
ReplyDeletesama-sama
DeleteKalau saya sensi saat PMS mbak hihihihi:)
ReplyDeletesemangat terus ya mak
ReplyDeleteaamiiin
DeleteGo Mak Kania...semangat teruss
ReplyDeletemakasih mak
Deletesayapun sensitif mak.
ReplyDeletesukses untuk lombanya yah mak :)
makasih mak
Deletesama mbak saya juga kadang sensitif...suka marah2 sndiri, tiba2 seneng, tiba2 sedih, tiba2 kembali semangat hahhaa...
ReplyDeleteharus pandai mengelola diri ya:)
Deletesama mak, dakuw juga sensitif hehe..iyaa, aku kalau mellow, banyak2 bersyukur, duhai betapa banyak nikmat Allah untuk kita, malu kalau ngeluh...
ReplyDeleteakibat mellow, mba Rieka banyak karyanya :)
Delete