Hati-hati Penipuan Saat Bertransaksi Online, Jangan Mau Aktifkan Kode OTP Orang Lain!
Punya barang
yang tidak terpakai di rumah, atau yang belum pernah dipakai di rumah tapi
kondisinya masih bagus, biasanya diapakan? DIhadiahkan atau dijual, kan. Itu
setidaknya yang ada di pikiran saya. Maka, saya pun bermaksud menjual beberapa
barang di rumah yang belum saya pakai dan kondisinya masih bagus. Barang
tersebut ada yang berasal dari goodie bag saat mengikuti suatu event. Ada juga
yang sengaja saya beli tapi ternyata kekecilan atau kebesaran.
Saya pun
menginstall salah satu aplikasi di smartphone saya. Aplikasi tersebut dikenal luas sebagai tempat jual beli
barang preloved. Saya membuat akun di sana dan baru sempat memasang foto 2
barang yang akan saya jual. Tak lama kemudian, ada yang mengirim pesan ke saya karena
berminat dengan barang yang saya jual. Namun, dari awal, saya sudah merasa
curiga dan ada yang kurang sreg dengan si calon pembeli ini.
ilustrasi: pixabay.com |
Buat teman-teman
yang juga sering bertransaksi online, hati-hati ya jika ada hal yang aneh
seperti ini.
1. Dia
minta dihubungi lewat whatsapp
Setiap aplikasi
marketplace, biasanya memiliki fitur chat. Manfaat fitur chat ya untuk saling
berkirim pesan antara penjual dan pembeli, jadi sebenarnya tidak perlu
menggunakan aplikasi lain. Kalau pembeli minta dihubungi via whatsapp, ya lebih
baik waspada.
2. Dia
meminta jasa ekspedisi yang lebih mahal harganya padahal barang Cuma 1
Tanpa menawar,
dia tertarik dengan salah satu barang yang saya jual dan minta dikirimkan ke
salah satu alamat di Bandung. Anehnya, saat saya kirimkan total biaya yang
harus dia transfer, dia memilih ekspedisi JTR. Ketika saya googling, JTR ini
adalah salah satu ekspedisi dari JNE untuk barang berjumlah banyak. Artinya
biaya pengiriman per kilonya lumayan besar.
Dari sini saya
mulai curiga kalau orang ini akan berbuat curang. Sebagai sesama orang yang
bertransaksi online, masak nggak tahu berbagai jenis ekspedisi, kan tinggal googling. Dan pembeli biasanya memilih
ekspedisi paling murah, kan? Ya saya tolak lah, karena barang yang akan dikirim
cuma 1 biji dan saya tawarkan ekspedisi JNE yang regular.
3. Dia
memaksa saya segera mengaktifkan kode OTP-nya saat itu juga ke ATM, bahkan
mengancam akan lapor polisi.
Setelah deal,
dia langsung transfer malam itu juga (transaksi berlangsung malam hari, antara
magrib dan Isya kalau nggak salah). Dia mengirimkan bukti transfernya. Tapi kok
saya merasa aneh karena belum pernah melihat tampilan bukti transfer seperti di
bawah ini.
Dia meminta saya
mengaktifkan kode OTP yang akan dia kirim melalui aplikasi mobile banking. Tapi
karena saya tidak punya aplikasi mobile banking, saya minta ijin BAIK-BAIK
untuk mengecek transferannya besok pagi, karena sudah malam dan tidak bisa
meninggalkan anak-anak di rumah.
Apa reaksinya?
Wah, dia langsung marah, memaksa saya ke ATM saat itu juga dan melaporkan saya
ke polisi jika uangnya hangus. Padahal, nilai transaksi Cuma 85 ribu rupiah. Selama
ini, saya sudah seringkali bertransaksi online baik sebagai penjual maupun
pembeli, nggak ada nih yang model kayak gini pakai mengancam lapor polisi
segala. Semuanya berjalan dengan baik karena saling percaya antara penjual dan
pembeli disertai komunikasi yang baik.
Cari Informasi Secepatnya!
Malam itu juga
saya mencari informasi di salah satu grup whatsapp yang saya ikuti. Dan
ternyata, ada salah satu teman blogger yang pernah mengalami hal serupa. Ia pernah
juga mengalami hal ini dimana dia diminta mengaktifkan kode OTP di ATM saat bertransaksi
online. Nilai transaksinya malah lebih besar dari saya, sejumlah ratusan ribu. Tapi
untunglah, uang di ATM masih rejekinya teman saya. Ia mewanti-wanti saya untuk
tidak menuruti kemauan si calon pembeli.
Kode OTP itu
biasa dipakai dalam setiap transaksi online. Kode OTP itu bersifat RAHASIA,
jadi hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan yang memiliki akun bank atau
marketplace. Dengan mengaktifkan kode OTP yang diberikan calon pembeli, justru
uang kita yang akan masuk ke rekeningnya pembeli!
Buat teman-teman
yang suka transaksi online, hati-hati dengan modus penipuan seperti ini,
Apalagi untuk yang pertamakali mencoba transaksi online, cari informasi
sebanyak-banyaknya. Sampai saat ini saya masih simpan tuh arsip chatnya, nomor
WA orangnya, dan nama akun orang itu di aplikasi marketplace. Untuk
berjaga-jaga saja siapa tahu ancamannya berlanjut. Alhamdulillah, saya tak sampai
dirugikan secara materi.
dulu saya pernah juga kena modus yang beginian. ceritanya dia mau beli akun game punya adik tapi ngirimnya pakai emoney katanya dan harus pakai otp beginian. saya cek bolak balik rekening nggak ada uang masuk langsung yakin deh itu penipuan
ReplyDeleteSaya pernah dapet kayak gini mbak, waktu itu saya iklanin sepatu saya di olx, terus ada yg mau transfer katanya, barang dikirim saja (bukan cod). Saya mah udh ikut intruksi dia di atm, saya nggk tau apa2 waktu itu. Habis itu saya curiga waktu dia nyuruh masukin nomor pengiriman, tp di layar atm ada Rp. di situ, berarti kan masukin uang. Langsung saya matiin, eh dia marah2 ngancem saya. jd pelajaran deh, untung belum sempet kirim
ReplyDeleteHal seperti itu sudah jamak, dan banyak juga yang tertipu. Pertama ya itu ,bukti transferan, yang seakan-akan asli tapi palsu. Kalau jualan di marketplace, paling enak ya ngobrolnya lewar cat di toko online. Jangan di WA ,bisa-bisa ya itu, kena teror. Kode OTP, pintar juga itu calon pembelinya.
ReplyDeleteSetahuku OTP biasanya dikirimkan ke nomor ponsel saat kita mau bertransaksi menggunakan kartu kredit. Itu biasanya memang ada catatan untuk nggak menginformasikan OTP tersebut ke pihak lain.
ReplyDeleteAda-ada saja ya cara orang berbuat jahat di era digital ini. Thanks banget buat informasinya ya, Mbak. Oya, salam kenal juga.
makasih sharingnya
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mbak Kania... memang zaman sekarang ini serba mudah tapi kok masih banyak yang mau nipu. Padahal apa gunanya nipu...rezeki jadi nggak berkah
ReplyDeleteUntung udah waspada dari awal, mbak. Jadi nggak kena tipu...
ReplyDeleteDari pengalamanku emang penipu suka milih waktu pas kita nggak mungkin bisa cross-check sendiri (nggak bisa cek mutasi kita karena sudah malam, dll), plus PASTI MEMBURU-BURU/MENAKUT-NAKUTI CALON KORBANNYA supaya panik & nggak bisa berpikir dgn tenang