Koleksi Buku Dari Dulu Sampai Sekarang
Punya koleksi
barang apa di rumah?
Wah, saya agak
bingung jika ditanya seperti ini. Hmm, mendengar kata koleksi kesannya dengan
pemborosan ya. Biasanya koleksi identik dengan mengeluarkan banyak uang untuk
mendapatkan koleksi yang diinginkan. Tapi, setelah dipikir-pikir, eh ternyata saya
juga punya koleksi barang yang lumayan banyak!
Buku adalah
barang yang saya koleksi cukup banyak dibandingkan dengan barang yang lain. Hal
ini sudah berlangsung lama sejak saya senang membaca. Waktu sekolah dasar,
mungkin koleksi bacaan saya majalah-majalah anak yang sekarang sudah tidak ada
entah kemana. Waktu SMP dan SMA, saya mulai membaca majalah remaja yang
sekarang sebagiannya sudah saya sumbangkan. Nah, saat kuliah barulah saya bisa menyisihkan uang untuk
membeli buku yang saya suka dari uang saku bulanan.
pixabay.com |
Saya kuliah di
Jurusan Administrasi Bisnis, bukan jurusan yang saya minati sebenarnya. Hanya
saja, saya tidak punya pilihan lain untuk menuntaskan pendidikan saya disana.
Maka, saya pun berusaha saja semampu sambil melakukan hal lain yang bisa
menjadi penyeimbang diantara kegiatan perkuliahan.
Membaca buku
fiksi berupa novel atau kumpulan cerpen, sangat menghibur diantara kegiatan
perkuliahan. Saat sedang jalan-jalan bersama teman dan menemukan kios buku
bekas, pasti saya akan mampir sebentar untuk melihat-lihat, apakah ada buku
yang ingin saya baca atau tidak. Ternyata mendapat barang koleksi yang
diinginkan itu tidak melulu harus mahal loh. Caranya ya dengan membeli koleksi
buku bekas yang jauh lebih murah. Memang kondisinya tidak sebagus barang baru,
tapi tetap saja ada rasa senang memiliki buku koleksi yang diinginkan.
Tidak hanya buku
bekas, kadang-kadang buku baru pun saya rela membelinya jika saya memang
tertarik. Tetapi, emmang pada saat kuliah, saya harus mampu menahan diri. Walaupun
ada buku baru tapi mahal dan tidak mampu membeli, ya tetap tidak dibeli. Jadi,
biasanyanya buku baru yang dibeli yang terjangkau dengan kantong mahasiswa.
Ada pengalaman
yang tak bisa dilupakan saat saya selesai menempuh kuliah sarjana dan hendak
pulang kampung. Bapak saya datang ke rumah kos di Bandung untuk membantu saya
mengepak barang-barang saya dan pulang kembali ke kampung halaman.
“Kenapa buku
bacaan (fiksi) nya lebih banyak dibanding buku kuliah?” Tanya bapak keheranan
sambil tertawa.
Alhamdulillah,
beliau tidak marah, karena beliau memang tahu saya suka membaca. Bahkan kelak
beliau juga yang memfasilitasi hobi membaca dan menulis saya dengan membelikan
laptop.
Hobi membaca dan
mengoleksi buku ini ternyata memang sudah turunan kali ya. Bapak saya juga suka
membaca. Kalau beliau suka membaca buku-buku agama untuk referensi, karena dulu
beliau cukup aktif di maryarakat dan sering dimintai pendapat tentang agama.
Sekarang beliau istirahat saja di rumah karena sedang sakit, semoga segera
sehat ya bapak.
DI kampung
halamanan, buku-buku fiksi saya masih menghiasi rak buku. Sebagiannya hilang
karena dipinjam teman dan tak kembali. DI rumah saya yang sekarang, buku-buku
juga menghiasi lemari buku di rumah karena saya juga menikahi seorang
penggembar dan pengoleksi buku juga. Ada kurang lebih 3 lemari buku di rumah
yang sebagian besarnya koleksi suami.
Bagaimana dengan
anda teman, barang koleksi apa yang ada di rumah?
Saya juga punya koleksi buku yang lumayan. Tapi hampir semua buku anak-anak karena masih suka baca buku anak-anak. Buku-buku fiksi udah nggak pernah beli karena udah nggak sempet baca lagi...hiks.
ReplyDeleteDi rumahku yang banyak adalah buku dan rilisan musik (CD, kaset). Sekarang lagi suka beli buku ttg musik dan dongeng klasik. Katanya, kepribadian pemilik rumah memang bisa dilihat dari barang apa yang paling banyak dimilikinya. Hehehe
ReplyDeleteSuami bukan penghobi baca, jd beliau yg selalu ingetin utk 'diet' buku. Awalnya jengkel krn buku2 jd berkurang, tapi bener jg sih, biar ada ruang utk buku baru, hehe...
ReplyDelete