Menyikapi Era Ekonomi Digital
Semakin
majunya tekonologi menyebabkan pengguna internet semakin banyak. Indonesia
merupakan Negara yang jam pemakaian internetnya tertinggi ketiga di dunia
setelah Thailand dan Brazil. Hal ini juga menyebabkan tumbuhnya kegiatan
ekonomi digital, yaitu kegiatan ekonomi yang berbasis teknologi digital.
Nilai
ekonomi digital Indonesia tahun ini telah mencapai angka 27 miliar dollar AS
(sekitar Rp 391 triliun). Namun dari sisi nilai Gross Merchindeise Value (GMV),
ekonomi internet Indonesia saat ini masih cukup rendah, hanya mencapai 2,9
persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
Ekonomi
digital juga berdampak pada beberapa sisi kehidupan masyarakat. Misalnya saja,
banyak toko yang tutup karena berkurangnya pembeli. Banyak orang memilih
berbelanja online karena lebih praktis dan hemat. Kita juga tentu pernah
mendengar banyaknya aksi menolak ojek online oleh ojek pangkalan di beberapa
daerah. Pemesanan tiket kereta api yang dulu bisa langsung memesan di tempat
sampai antrian mengular, sekarang bisa dipesan secara online.
Meski
ada masyarakat yang belum siap dengan era ekonomi digital, Ekonomi
digital Indonesia diprediksi akan tumbuh empat kali lipat pada tahun 2025, mencapai
angka 100 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.448 triliun). Proyeksi tersebut
disampaikan Google dalam laporannya bersama Temasek di Jakarta pada hari
Selasa, 27 November 2018 lalu. Dengan nilai sebesar itu pada 2025, ekonomi
digital Indonesia disebut merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Wow!
Tumbuhnya ekonomi digital tidak bisa dihindari.
Sebagai masyarakat, ada baiknya memanfaatkan hal ini dengan bijak dengan
memanfaatkan kelebihan ekonomi digital. Misalnya saja, untuk mereka yang
terbiasa menjadi driver ojek mangkal, alih-alih menolak adanya ojek online, tak
ada salahnya mempelajari teknologi yang ada dengan beralih menjadi ojek online.
Peluang mendapatkan penghasilan menjadi ojek online bisa lebih besar karena ia
bisa mendapatkan penumpang dari mana saja. Jangan takut gagap teknologi dalam
menggunakan berbagai fitur aplikasi ojek online, karena semuanya melalui proses
belajar dan kita bisa bertanya pada yang lebih ahli. Terutama untuk driver,
pasti ada berbagai pelatihan untuk mengenal teknologi yang baru ia kenal.
Awal kedatangan ojek online juga saya sempat
merasa takut menggunakan ojek online yang notebene drivernya orang asing. Tapi
lama kelamaan setelah mencoba, ternyata hal yang ditakutkan itu tidak terjadi
asal kita bisa mengantisipasinya. Misalnya dengan melihat rate drivernya, bagus
atau tidak, serta menyimpan nomor ponsel dan kendaraan si driver untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan.
Begtu juga dengan pemilik toko, manfaatkan
ekonomi digital untuk memiliki toko online yang akan membantu penjualan barang
dan jasa. Karena menurut Randy Jusuf -Managing Director Google Indonesia-
pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan didorong oleh sektor e-commerce, sektor
ride hiling seperti Gojek dan Grab, serta online media. Sektor online travel
juga cukup menjanjikan. Di seluruh Asia Tenggara, 41 persen sudah melakukan
pemesanan melalui online travel.
Yuk, bijak menyikapi ekonomi digital. Jangan
ngambek dulu. Mari kita manfaatkan era ekonomi digital untuk mencapai taraf
ekonomi yang lebih baik.
Comments
Post a Comment
Terimakasih sudah meninggalkan komentar yang baik dan sopan.